Beberapa aksi kekerasan yang terjadi belakangan ini juga selalu secara kebetulan atau tidak dikaitan dengan oknum-oknum berjenggot. Dan malangnya oknom-oknum berjenggot ini di Indonesia makin marak sebagai identitas pemeluk agama mayoritas yaitu Islam. Dengan demikian secara tidak langsung, teori yang berkembang menggiring kepada kesimpulan bahwa : pria berjenggot adalah teroris dengan kata lain yaitu : Islam. Phobia dengan pria berjenggot makin menjadi.
Dan tentu hal ini tambah membuat masyarakat umum makin alergi dengan para pria yang memiliki jenggot. Belum lagi kasus Syekh Puji yang bikin gemes berbagai kalangan dengan trade marknya yang lagi-lagi adalah jenggot. Jenggot sudah bergeser makna, dari penambah kenjantanan serta wibawa kaum jawara tempoe dulu, atau para bintang film era Charles Bronson, atau Sean Conery, dewasa ini sudah menjadi simbol teroris atau militanisme.
Bagi sebagian laki-laki, memelihara kumis dan jenggot dianggap sebagai pendongkrak wibawa dan menambah rasa maskulin, ada juga yang beranggapan dengan memelihara jenggot menambah kharisma, dan teori ini dalam kenyataannya banyak dipraktekkan oleh kaum Adam di belahan bumi manapun, termasuk salah seorang pedangdut beken Rhoma Irama yang bangga dengan brewoknya.Nothing wrong with that. Di lain pihak ada juga sebagian lelaki yang anti memelihara kumis maupun jenggot dan memilih tampil kelimis, karena menganggap jenggot atau brewok akan terkesan kumuh dan pria-pria ini akan rajin mencukur kumis dan brewoknya hampir setiap hari, demi mencapai level 'keklimisan'. Dan nothing wrong with that either. Berjenggot atau klimis syah-syah saja.
Di sebagian kelompok masyarakat lain, memelihara jenggot merupakan bagian dari identitas suatu kelompok tertentu, misalnya sebagian kecil umat muslim yang mempercayai memelihara jenggot merupakan sunnah dari Rasul, atau kaum Sikh yang merupakan identitas khusus agama Sikh. Lepas dari kelompok agama Islam maupun Sikh yang terikat dengan suatu kebiasaan dan adat maupun contoh, ternyata banyak juga kelompok lain (baca : agama lain) yang juga memelihara jenggot, seperti para Rabbi dan Kristen ortodox. Demikian juga kaum awam yang don't belong to those groups.
Seperti para ilmuwan maupun negarawan di berbagai negara dari China sampai USA, ingat trade mark : the late president Abraham Lincoln dengan brewok lebatnya. Bahkan jenggot juga akrab di kalangan seniman, katakan dari pelukis Affandi jika di Indonesia sampai John Lennon maupun Jim Carrey dan lain-lain. Atau banyak juga para pria memelihara jenggot simply karena berpikir akan look good atau ingin tampil beda dari biasanya dengan jenggot maupun kumis.
Trend memelihara jenggot baru-baru ini juga melanda kaum Hollywood dan footballer, sang heart throbs seperti David Beckham dan Brad Pitt yang mengejutkan para penggemarnya dengan tampil full brewok. Tampilan kedua bintang yang full jenggot memang tampak lain, bagi yang menyukai pria berjenggot akan menganggap mereka tambah ganteng dengan jenggot dan kumisnya, namun bagi yang lebih suka pria kelimis tentu menyesali tampilan baru mereka. Entah apakah saat ini mereka sudah mencukur jenggotnya apa belum, aku tidak tahu. Konon tampilnya kedua bintang tersebut yang full jenggot dan brewok mendapat banyak protes dari para penggemarnya yang lebih suka melihat DB maupun BP tampil kelimis dan muluz.
Berbicara masalah selera tentang pria memang akan sangat bervariasi. Tentu dari sekian KoKiers wanita, ada yang suka dengan pasangannya tampil dengan jenggot, ada pula yang lebih suka pasangannya tampil kelimis. Ada teori yang mengatajan bahwa : Konon pria berjenggot dianggap lebih menggairahkan dan lebih menjanjikan dalam urusan ranjang bergoyang. Bagi wanita yang suka dengan pria berjenggot menganggap bahwa jenggot adalah mahkota bagi kaum pria dan sangat menggairahkan, tidak aneh jika banyak kaum Adam yang mempercayai hal ini akan bangga dengan jenggotnya. Dan dengan tampil full jenggot dipercaya akan manambah kejantanan.
Tentu tidak demikian bagi wanita penyuka pria kelimis. Aku sendiri, lebih 'turn on' dengan pria kelimis tanpa kumis maupun jenggot, walau tetap suka juga melihat pria berwibawa dengan kumis tipis dan pria berjenggot model goatee. Dan karena termasuk golongan yang lebih menyukai pria kelimis, maka jika melihat suami si Mister Paijo jika dua hari tidak bercukur, aku sudah mulai 'nagging'. Bagiku pipi yangsmooth dan kinclong bikin tambah greng.
Di lain pihak, aku sangat suka pria dengan dada berbulu. Aku ingat mitos yang banyak beredar di masyarakat Jawa khusunya yang berkaitan dengan jenggot dan brewok, konon , jika seorang gadis disuruh menyapu lantai atau halaman tidak bersih maka kelak akan mendapatkan suami yang brewokkan. Dulu aku begitu percaya dengan hal ini, dan somehow, ( note : tanpa bermaksud mendiskrditkan pria brewokan tetapi simply bukan pengagum brewok saja) melihat sosok Rhoma Irama yang full brewok membuat bulu kuduk berdiri alias tidak membuat greng melainkan rasa 'enggan' jika mendapatkan pria dengan full brewok, aku akan hati-hati sekali kalau disuruh menyapu lantai. Always made sure everything was clear.
Di lingkungan tempat aku kerja, ada beberapa lelaki India yang semuanya adalah penganut agama Sikh yang mana jenggot hukumnya wajib atau hampir wajib. Namun dari lima orang di tempat aku kerja, mereka semua saat ini sudah tampil kelimis atau hampir kelimis semuanya, walau dari hasil omong-omong dengan mereka, saat pertama kali menginjakkan kaki ke Australia, mereka full jenggot dan kumis dan saat mereka kuliahpun mereka masih setia berjenggot dan memakai turban penutup kepala khas penganut Sikh. Dan ketika kutanya kepada beberapa wanita india kenalan yang juga penganut Sikh tentang pasangan mereka yang full brewok, mereka mengatakan : bahwa sangat enjoy dan senang sekali jika suami mereka tampil full brewok, dan akan merasa aneh jika suami mereka tidak memakai turban dan tampil kelimis.
Dari hasil omong-omong dengan mereka pula, dikatakan bahwa masyarakat Sikh memang benar sebagian besar memelihara jenggot . Menurut kepercayaan kaum Sikh, rambut termasuk jenggot adalah anugerah Tuhan yang tidak boleh dipotong. Namun kaum muda urban apalagi yang sudah lama tinggal di luar negeri menganggap jenggot dan turban sudah irrelevant lagi. Di Punjab India sebagai kantong kaum Sikh, yang mayoritas penduduknya adalah penganut Sikh sering dianggap sebagai kaum separatis di negaranya. Saat ini sekitar 15 juta pemeluk Sikh di India yang mana sebagian besar masih memelihara teguh kepercayaan untuk tidak mencukur jenggot.
Di Indonesia sendiri, masalah jenggot seperti yang telah aku singgung di awal tulisan ini, bahwa kehadiran pria full jenggot lebih sering dicurigai sebagai teroris, malah baru-baru ini, sempat menjadi berita nasional ketika pemerintah daerah di beberapa tempat wanti-wanti kepada masyarakat untuk lebih awas dengan pria berjenggot dan segera melaporkan ke pihak yang berwajib jika menganggap perilaku pria berjenggot tersebut dianggap mencurigakan. Jenggot secara dratis mengalami penurunan makna. Pria berjenggotkudu dihindari karena siapa tahu pria berjenggot tersebut ada hubungannya dengan tindakan teroris.
Himbauan seperti ini tentu saja sangat merugikan kaum pria berjenggot lainnya yang tidak ada hubungannya dengan teroris, di suatu media on line, aku membaca sebuah surat terbuka dari perwakilan pria berjenggot (baca : muslim yang memelihara jenggot dengan alasan mengikuti sunnah rasul) yang ditujukan kepada segenap warga Indonesia yang menekankan keberatannya atas stigma pria berjenggot yang selalu diidentikkan dengan teroris. Ungkapan dari surat pembaca tersebut sungguh menarik untuk disikapi oleh masyarkat supaya tidak asal tuduh bahwa pria dengan jenggot adalah teroris walau fakta lebih sering berbicara bahwa para 'teroris' memang berjenggot. Malang benar nasib pria berjenggot yang memelihara jenggot hanya untuk menjalankan kepercayaanya.
Hal ini rupanya tidak saja terjadi di Indonesia saja namun juga di New Delhi maupun di China. Seorang pelajar muslim di New Delhi beberapa waktu lalu memenangkan perkara mempertahankan jenggotnya ketika dia diancam akan dikeluarkan dari sekolah jika tidak mau mencukur jenggotnya. Padahal di New Delhi sendiri nota bene yang memelihara jenggot bukan saja kaum muslim namun juga kaum Sikh. Sementara di China ada razia pria berjenggot karena dianggap penampilan pria berjenggot mengganggu pemandangan. Duh......!!